Lagi, Korea Utara luncurkan satu rudal ke laut lepas - ANTARA News

Pyongyang, 4 Agustus 2025 — Korea Utara kembali mengguncang dunia internasional dengan meluncurkan rudal jarak jauh dari wilayah timurnya, sebuah langkah yang segera memicu kecaman global dan memperbarui seruan untuk dimulainya perundingan damai. Peluncuran ini menambah panjang daftar provokasi militer negara tersebut dalam beberapa bulan terakhir, memperburuk ketegangan di kawasan Asia Timur.

Rudal Hipersonik dan Jelajah: Eskalasi Baru dari Pyongyang

Menurut laporan militer Korea Selatan, Korea Utara pada 6 Januari dan 22 Mei 2025 telah melakukan peluncuran beberapa jenis rudal termasuk IRBM (Intermediate-Range Ballistic Missile) hipersonik dan rudal jelajah. Dalam peluncuran terbarunya, rudal dilaporkan mencapai jarak hingga 800 kilometer sebelum jatuh di perairan Laut Jepang.

Media pemerintah Korea Utara menyebutkan bahwa uji coba tersebut merupakan bagian dari pengembangan sistem pertahanan strategis terbaru dan disaksikan langsung oleh pemimpin tertinggi Kim Jong Un. Teknologi hipersonik yang digunakan diyakini mampu menembus sistem pertahanan udara canggih milik negara-negara tetangga.

Reaksi Global: Kecaman dan Kekhawatiran

Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat dengan cepat merespons peluncuran tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Pemerintah Seoul bahkan menyebut tindakan ini sebagai “provokasi militer yang tidak dapat diterima” dan telah memperketat kesiagaan militernya di sepanjang zona demiliterisasi (DMZ).

Sementara itu, Jepang mengutuk peluncuran tersebut sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasionalnya, dan Amerika Serikat menyerukan pertemuan darurat dengan Dewan Keamanan PBB.

Seruan untuk Perundingan Damai

Di tengah meningkatnya ketegangan, sejumlah negara dan organisasi internasional menyerukan dibukanya kembali jalur diplomatik. China dan Rusia, yang memiliki hubungan dekat dengan Pyongyang, meminta semua pihak menahan diri dan mendorong dialog damai untuk menghindari eskalasi konflik di Semenanjung Korea.

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyatakan keprihatinan mendalam dan mengimbau agar Korea Utara kembali ke meja perundingan denuklirisasi yang tertunda sejak 2019.

Analisis: Strategi dan Daya Tawar Korea Utara

Para analis menyebut peluncuran ini sebagai upaya Korea Utara untuk meningkatkan daya tawarnya dalam perundingan internasional, sekaligus menunjukkan kekuatan militernya di tengah tekanan sanksi ekonomi dan isolasi diplomatik.

“Dengan uji coba ini, Korea Utara ingin menegaskan bahwa mereka masih punya posisi tawar dan tak bisa diabaikan dalam geopolitik regional,” kata Prof. Lee Hyun-wook, pakar keamanan dari Hankuk University.

Kesimpulan

Kembalinya peluncuran rudal jarak jauh oleh Korea Utara menjadi sinyal bahaya bagi stabilitas kawasan. Ketegangan yang terus meningkat membutuhkan langkah diplomatik yang nyata, bukan sekadar kecaman simbolis. Dunia kini menanti apakah jalur damai akan kembali terbuka—atau justru jalan menuju konflik yang kian terbuka lebar.