Marco Asensio pernah digadang-gadang sebagai “the next big thing” di sepak bola Spanyol. Dengan kaki kiri ajaib, teknik mumpuni, dan ketenangan di bawah tekanan, ia memulai karier sebagai wonderkid yang mencuri perhatian dunia bersama Real Madrid. Namun cedera dan persaingan ketat membuat jalan kariernya berliku. Kini bersama Paris Saint-Germain (PSG), Asensio mencoba menulis ulang kisahnya dan membuktikan bahwa ia belum habis.
Awal Karier: Permata dari Mallorca
Lahir di Palma de Mallorca pada 21 Januari 1996, Marco Asensio Willemsen menunjukkan bakatnya sejak muda di akademi RCD Mallorca. Penampilan impresifnya sebagai remaja di Segunda División membuat banyak klub Spanyol tertarik — termasuk FC Barcelona. Namun pada 2014, Real Madrid berhasil mengamankan jasanya dengan harga sekitar €3,5 juta, hasil rekomendasi langsung dari legenda Zinedine Zidane.
Asensio menjalani masa peminjaman singkat di Mallorca dan Espanyol sebelum bergabung ke tim utama Madrid pada 2016. Debut kompetitifnya langsung mencuri perhatian — mencetak gol spektakuler di Piala Super UEFA melawan Sevilla.
Real Madrid: Kilau Awal, Cedera, dan Perjuangan
Musim-musim awal bersama Real Madrid menjanjikan. Asensio tampil luar biasa di momen-momen besar, mencetak gol di final Liga Champions 2017, dua gol di Piala Super Spanyol melawan Barcelona, dan menjadi andalan rotasi Zinedine Zidane. Gaya bermainnya yang penuh flair dan kaki kiri yang mematikan membuatnya dijuluki sebagai calon penerus para legenda Madrid.
Namun, kariernya mulai terganggu pada 2019 saat mengalami cedera ligamen anterior (ACL) serius di pramusim. Cedera itu membuatnya absen hampir semusim penuh. Setelah pulih, ia kesulitan kembali ke performa terbaiknya di tengah persaingan ketat dengan pemain-pemain seperti Vinícius Jr., Rodrygo, dan Valverde.
Meskipun sempat mencetak gol-gol penting dan menjadi supersub andalan, Asensio akhirnya memilih tidak memperpanjang kontraknya di Madrid pada musim panas 2023.
PSG: Mencari Napas Baru di Paris
Asensio kemudian bergabung dengan Paris Saint-Germain dengan status bebas transfer. Di bawah asuhan pelatih Luis Enrique — mantan pelatihnya di Timnas Spanyol — ia berharap menemukan kembali ritme permainan dan kepercayaan diri.
Musim debutnya di PSG berjalan cukup positif, dengan peran fleksibel sebagai winger kanan atau gelandang serang. Ia mencatatkan gol dan assist penting di Ligue 1 dan Liga Champions, meskipun belum sepenuhnya menjadi starter reguler di tengah persaingan dengan Ousmane Dembélé dan Lee Kang-in.
Kehadirannya tetap penting dalam menjaga kedalaman skuad dan menjadi opsi kreatif dalam pertandingan krusial. Dengan kontrak yang masih berlangsung hingga 2026, musim 2025/26 bisa menjadi titik balik dalam kariernya.
Timnas Spanyol: Kontribusi dan Harapan Baru
Di level internasional, Asensio telah memperkuat Timnas Spanyol sejak 2016 dan mencatatkan lebih dari 30 caps. Ia tampil dalam EURO 2020, Piala Dunia 2022, dan beberapa turnamen UEFA Nations League. Meskipun belum benar-benar menjadi sosok sentral, ia tetap menjadi pemain yang dipercaya oleh pelatih-pelatih Spanyol karena fleksibilitas dan pengalamannya di laga besar.
Dengan generasi muda Spanyol yang semakin matang, peran Asensio sebagai mentor dan pemain rotasi berkualitas tetap relevan untuk proyek timnas ke depan.
Kesimpulan:
Marco Asensio adalah kisah tentang potensi besar, ujian berat, dan tekad untuk bangkit. Meski pernah mengalami kemunduran akibat cedera dan kompetisi internal, ia belum menyerah. Di usia 29 tahun, masih ada waktu baginya untuk menorehkan babak gemilang — baik bersama PSG maupun Timnas Spanyol.
Dengan kemampuan teknis yang tetap memukau dan pengalaman bertahun-tahun di level tertinggi, dunia belum boleh melupakan bahwa si kidal elegan dari Mallorca masih punya sesuatu yang bisa ditawarkan.