Prabowo Subianto resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024, menandai era baru dalam perjalanan demokrasi negeri ini. Bersama Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden, Prabowo menghadapi tantangan besar dalam memimpin Indonesia di tengah dinamika global dan domestik yang kompleks pada tahun 2025.
Dengan latar belakang militer yang kuat dan pengalaman politik yang panjang, Prabowo kini berada di puncak kekuasaan sebagai kepala negara. Namun, jabatan ini datang dengan segudang harapan dan tantangan yang harus dijawab dengan kebijakan nyata dan kepemimpinan yang adaptif.
1. Harapan Besar, Tekanan Besar
Sebagai pemenang pemilu 2024, pasangan Prabowo-Gibran didukung oleh mayoritas rakyat yang menginginkan stabilitas ekonomi, penguatan pertahanan, serta perbaikan sektor kesehatan dan pendidikan. Salah satu program unggulan yang menjadi sorotan adalah Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk anak sekolah dan ibu hamil, serta layanan cek kesehatan gratis, yang mulai dijalankan awal 2025.
Namun, pelaksanaan program ambisius ini menuntut efisiensi fiskal dan pengelolaan anggaran yang cermat, terutama di tengah potensi perlambatan ekonomi global dan beban subsidi yang besar.
2. Stabilitas Ekonomi dan Tekanan Global
Prabowo menghadapi tekanan ekonomi yang tak ringan. Gejolak geopolitik, fluktuasi harga komoditas, dan dampak krisis iklim menekan pertumbuhan ekonomi nasional. Tantangan Prabowo adalah menjaga daya beli masyarakat sambil tetap mendorong pembangunan infrastruktur dan industrialisasi dalam negeri.
Pemerintahannya juga menggagas pembentukan Dana Abadi Nusantara (Danantara) senilai USD 20 miliar sebagai sovereign wealth fund untuk membiayai pembangunan jangka panjang. Namun, transparansi dan tata kelola dana ini masih menjadi sorotan publik.
3. Ketegangan Demokrasi dan Kebebasan Sipil
Kepemimpinan Prabowo juga menghadapi kritik dalam hal penegakan demokrasi. Sejumlah kebijakan kontroversial, seperti revisi UU TNI yang memperluas peran militer di sektor sipil, memicu kekhawatiran akan kembalinya dwifungsi militer secara terselubung. Demonstrasi mahasiswa dan aktivis sipil pun mewarnai awal tahun 2025.
Tantangan Prabowo adalah menjawab kritik dengan transparansi, berdialog dengan masyarakat sipil, serta menjamin bahwa pembangunan nasional tidak mengorbankan hak-hak demokratis warga.
4. Politik Luar Negeri: Antara Kemandirian dan Diplomasi Strategis
Di panggung internasional, Prabowo menekankan pentingnya kedaulatan nasional dan ketahanan pangan serta energi, namun tetap menjalin hubungan baik dengan negara mitra seperti China, Amerika Serikat, dan negara-negara ASEAN.
Indonesia di bawah kepemimpinannya mendorong posisi sebagai kekuatan maritim kawasan, dengan penguatan alutsista dan kerja sama pertahanan regional. Tantangan utamanya adalah menyeimbangkan kepentingan nasional dengan stabilitas geopolitik regional.
5. Peran Generasi Muda dan Inovasi Teknologi
Dengan wakil presiden termuda dalam sejarah Indonesia, Gibran, pemerintahan Prabowo membuka ruang besar bagi partisipasi generasi muda dan integrasi teknologi digital dalam pemerintahan.
Pemerintah mulai mendorong e-government, ekonomi kreatif, dan pengembangan AI untuk layanan publik. Namun, tantangan besar adalah pemerataan akses internet, keamanan data, serta peningkatan literasi digital nasional.
Kesimpulan: Menjawab Tantangan dengan Kepemimpinan Inklusif
Tahun 2025 menjadi ujian awal bagi Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia. Dengan harapan besar dari rakyat, tekanan global, serta dinamika politik dalam negeri, Prabowo dituntut menghadirkan kepemimpinan yang tegas namun inklusif, kuat namun adaptif, serta mampu mengakomodasi keberagaman aspirasi rakyat.
Jika mampu menavigasi tantangan ini dengan bijak, Prabowo bisa meninggalkan warisan kuat sebagai pemimpin yang membawa Indonesia menuju kemajuan berdaulat dan berkeadilan.