Washington DC, 4 Juli 2025 – Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) secara resmi mengeluarkan peringatan terbaru bahwa maskapai penerbangan kini menjadi target utama gelombang baru serangan siber global. Peringatan ini dirilis setelah terdeteksinya sejumlah aktivitas mencurigakan yang menyerang sistem reservasi, data penumpang, dan infrastruktur logistik penerbangan.
Dalam rilis bersama dengan Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA), FBI menyebut bahwa serangan ini tidak hanya berasal dari kelompok kriminal biasa, tetapi juga aktor negara (state-sponsored hackers) yang diduga berasal dari Asia Timur dan Eropa Timur.
✈️ Serangan Menyasar Sistem-Sistem Vital Maskapai
Laporan FBI mencatat bahwa empat maskapai besar di AS dan dua maskapai di Asia telah menjadi korban percobaan penyusupan digital sejak kuartal pertama 2025. Target utama dari serangan ini meliputi:
-
Sistem manajemen penumpang (PSS)
-
Aplikasi mobile maskapai
-
Data frequent flyer dan kartu kredit
-
Sistem logistik kargo dan penjadwalan pesawat
-
Terminal check-in mandiri (self check-in kiosk)
“Kami menemukan upaya penyisipan malware tingkat tinggi dalam sistem boarding dan reservasi,” ujar David Scott, Deputy Director FBI bidang Cybercrime.
⚠️ Motif: Dari Ekonomi hingga Spionase Siber
FBI menyebut bahwa motif serangan bukan hanya pencurian data keuangan, tetapi juga spionase terhadap pola perjalanan VIP, pejabat negara, dan diplomat.
Beberapa hacker mencoba membajak data manifest penumpang internasional, yang dapat digunakan untuk tujuan intelijen atau kejahatan lintas negara, seperti pemalsuan identitas dan perdagangan manusia.
🛡️ Rekomendasi FBI untuk Maskapai dan Bandara
Dalam advisory-nya, FBI dan CISA merekomendasikan maskapai dan otoritas bandara internasional untuk:
-
Meningkatkan sistem enkripsi dan segmentasi jaringan internal
-
Melakukan penetration testing setiap 3 bulan
-
Mengaktifkan proteksi multi-layered terhadap PSS dan aplikasi mobile
-
Melatih staf ground dan IT soal social engineering
-
Memperkuat kolaborasi internasional dalam berbagi data ancaman (threat intelligence sharing)
🌐 Indonesia Perlu Waspada
Menurut Ir. Riko Hanafiah, M.T., pakar keamanan TI dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia perlu lebih serius dalam melindungi sektor transportasi udara. Apalagi dengan meningkatnya volume penerbangan pasca-pandemi, risiko serangan siber pada maskapai lokal seperti Garuda Indonesia, Citilink, Batik Air, dan AirAsia Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata.
“Serangan tak melulu datang dari malware. Bisa lewat email palsu ke staf IT bandara atau pemasangan perangkat skimming di check-in kiosk,” jelasnya.
📌 Kesimpulan
FBI menegaskan bahwa maskapai kini menjadi sasaran utama setelah sektor kesehatan dan keuangan. Dunia penerbangan harus bergerak cepat memperkuat ketahanan siber sebelum serangan berskala besar benar-benar melumpuhkan operasional penerbangan global.
“Jika sistem maskapai lumpuh, bukan hanya ekonomi yang terganggu, tapi juga stabilitas sosial dan keamanan nasional,” tegas FBI dalam pernyataan tertulis.